Bali Post – Minggu, 18 Januari 2009.
Melatih Diri untuk Menguatkan Hidup Drs. I Ketut Wiana, M.Ag
MENGHADAPI meningkatnya dinamika zaman pada era global dewasa ini sungguh tidak mudah. Sangat dibutuhkan peningkatan daya tahan diri agan tidak mudah goyah dan jatuh dalam menghadapi pasang surutnya zaman.
Ada empat hal yang hams terus-menerus dilatih untuk meningkatkan daya tahan diri agar tidak mudah tergoyahkan oleh dinamika zaman yang semakin fluktuatif ini. Melatih diri itu dinyatakan oleh Dr Naresh Bhatia dalam bukunya “Bertatap Muka dengan Tuhan”. Melatih diri secara terus-menerus itu dinyatakan oleh Dr Baresh Bhatia atas nasehat guru spiritualnya.
Empat hal itu adalah melatih kekuatan badan jasmani, melatih mental, melatih kecerdasan dan melatih kemampuan akal budhi agar dapat mencapai wiweka jnyana.
Badan jasmani perlu dilatih dengan membiasakan hidup teratur berdisiplin ketat. Jangan menggunakan badan melebih kemampuan daya dukungnya. Badan hendaknya selalu dipelihara dan dilatih agar senantiasa sehat dan segar.
Agar badan selalu sehat, salah satu caranya jangan makan sembarangan. Jangan makan berdasarkan selera lidah saja. Lidah boleh menikmati makanan enak, tetapi jangan sampai makan seenaknya. Dapatkanlah makanan dengan jalan dharma. Makanlah jenis makanan yang satvika ahara sebagaimana diajarkan dalam Bhagawad Gita. Makanlah jenis makanan yang sesuai dengan siklus tubuh alami. Waktu pagi siklus pembuangan, siang siklus pengolahan dan malam siklus pemanfaatan. Memakan jenis makanan sesuai dengan siklus tubuh makanan itu akan memberi manfaat maksimal pada kesehatan tubuh.
Demikian menurut teori Dr Harvy dalam bukunya “Hidup Sehat dan Bugar”.
Badan yang disebut sarira itu dibangun dan lima unsur yang disebut panca maha bhutaya itu zat padat, cair, panas, udara dan ether. Lima unsur itulah secara umum membangun badan jasmani. Lima unsur itulah yang membentuk tulang, otot, syaraf, darah dan kelenjar dan unsur yang lebih halus lainnya.
Menurut para yogi, wujud yang sangat halus dan semuanya itu adalah cakra. Semua unsur itu harus diberikan makan,minum dan dilatih setiap han agar berfungsi dengan sempurna. Melatihnya itu dengan olah raga untuk melenturkan otot dan syaraf secara teratur. Dengan yoga asana untuk menguatkan fungsi kelenjar dengan panca prana-nya. Sedangkan meditasi untuk menguatkan fungsi cakra menyeimbangkan semua unsur hidup dalam diri.
Memelihara dan melatih tubuh ini harus dilakukan dengan disiplin yang ketat (karmasiksana). Melatih mental dilakukan dengan meluaskan kesadaran rohani (satsila). Dengan meningkatkan keadaran rohani secara terus-menerus, jiwa akan menjadi semakin cerah.
Dengan jiwa yang cerah serta dengan keyakinan pada Tuhan sebagai “sutradara agung” kehidupan umat manusia, maka mental akan menjadi kuat menghadapi berbagai dinamika kehidupan. Suka dan duka akan diterima dengan sikap yang teguh (dhira) dan seimbang (sama). Tidak akan ada kejadian apapun di alam semesta ini tanpa seijin dan atas kesaksian Tuhan.
Latihlah setiap hari menguatkan keyakinan tersebut. Ada banyak metode untuk melatih katahanan mental ini. Melatih kecerdasan dengan rajin belajar membaca teori-teori, pandangan dan berbagai perluasan wawasan hidup. Upaya pemahaman teoritis itu dilanjutkan dengan rajin mengamati dan menganalisa berbagai persoalan dalam kehidupan empiris. Untuk melakukan hal itu, salah satu caranya dengan rajin membaca dan mengikuti sajian berbagai media secara kontinyu.
Semua itu untuk meningkatkan kemampuan wiweka jnyana yaitu kemampuan untuk membeda-bedakan mana yang baik dan mana buruk, mana yang benar dan mana yang salah, mana yang patut dan mana yang tidak, mana yang wajar dan mana yang tidak, dan seterusnya.
Untuk hal ini, orang wajib melakukan upaya penguatan daya spiritualitas melalui kegiatan keagamaan sebagaimana yang tentera dalam kitab suci. Kitab suci Hindu memuat banyak jalan bagi setiap orang untuk memajukan kehidupan spiritualitasnya. Ajaran Hindu memuat berbagai petunjuk hidup untuk menguatkan dirinya sehingga hidup ini tidak dirasakan sebagai beban yang memberatkan.
Ajaran Hindu bukanlah ajaran yang membebani umatnya dengan sejumlah kewajiban yang memberatkan hidupnya. Ajaran Hindu justru memberikan kekuatan pada umat penganutnya agar mampu memikul berbagai beban hidup. Kalau ada umat yang merasa terbebani hidupnya oleh kewajiban-kewajiban agama, hal itu bukanlah salahnya ajaran agama. Umatlah yang kurang paham dalam memahami ajaran agama Hindu yang dianutnya.
Ajaran Hindu disabdakan oleh Tuhan bukan untuk membuat umat penganut menjadi semakin berat dan sulit dalam menjalankan kehidupan. Kalau benar dan tepat caranya umat memahami dan mengamalkan ajaran Hindu tersebut, justru akan menjadi hidup semakin cerah dan sehat lahir batin. Demikian juga dalam kebersamaannya umat akan semakin harmonis dan akan bersinengi secara dinamis dan produktif untuk memenuhi kebutuhan hidupnya lahir batin.
Umat tidak akan hidup kesepian dalam dunia namai. Dalam kebersamaan itu umat akan dapat memenuhi kebutuhan sosiologis dan psikologisnya. Dengan demikian umat akan dapat memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis dan kebutuhan filosofis secara seimbang dan berkesinambungan. Dengan menjadikan hidup ini sebagai proses untuk melatih empat hal itu secara terus-menerus dengan berdisiplin, maka umat akan tangguh menghadapi perjalanan zaman yang sangat dinamis ini.Mimbar Agama Hindu – Balipost.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar