Selasa, 14 Februari 2012

Banten Caru Eka Sata

QUESTION:
1. Selama ini di Pura yang kami sungsung, setiap Tilem Kesanga selalu menghaturkan banten Caru Eka Sata (Caru Ayam Brumbun) untuk ke Bhuta Yadnya, disertai runtutan banten lain yang melengkapinya seperti pengulapan, pengambean, sorohan, peras, daksina, suci alit, Beakaonan, sesayut Durmenggala, dan prayascita dll sesuai yang tertulis di Buku Panca Yadnya.
Sedangkan untuk ke Dewa Yadnya kami hanya menghaturkan Pejati (Peras, daksina, tipat kelanan, ajuman, penyeneng alit, pesucian) dan soda/ ajuman untuk pelinggih yang keci-kecil.
Apakah yang kami lakukan sudah benar dan sudah seimbang antara ke Bhuta Yadnya dan Dewa Yadnya? Apakah untuk ke Dewa Yadnya kami perlu menambahkan banten ayaban sorohan tumpeng pitu/ tumpeng solas?
2. Banten ayaban sorohan tumpeng pitu titiang sampun sering membuatnya, namun titiang ingin menanyakan mengenai ayaban tumpeng solas, karena perbedaan tradisi/ sima beberapa desa yang berbeda membuat titiang agak bingung. Dalam bentuk banten apakah perbedaan empat tumpeng antara ayaban tumpeng pitu dan tumpeng solas?
3. Kembali ke Banten Pecaruan Tilem Kesanga ada disebutkan bahwa di bawah Sanggah Pesaksi diletakkan sebuah banten Gelar Sanga, dan tertulis di buku fungsinya untuk Ngelebar Ide Betare. Namun titiang belum terlalu paham akan hal ini, mohon penjelasan Ratu Bhagawan.
4. Kebetulan kami Ring Banjar akan membangun sebuah Bale Gong, dan menurut yang titiang baca, mulai dari upacara Pengeruak, Nasarin, Memakuh dan Melaspas, setiap upakara untuk masing-masing upacara tersebut semuanya selalu memakai banten Caru.
Namun mengingat banten Caru begitu rumit serta waktu dan sarana yang terbatas, karena diantara ibu-ibu warga kami termasuk titiang sendiri adalah karyawan, oleh kerena itu untuk keadaan tertentu yang sifatnya darurat, bisakah banten Caru tersebut diganti dengan Segehan Agung
Maafkan atas kebodohan dan keterbatasan pengetahuan titiang, karena selama ini kami lebih sering mohon bantuan ke daerah Trans, untuk setiap pembuatan banten Caru ataupun banten/ upakara lainnya dalam setiap pecaruan atau Piodalan di pura. Kali ini karena kami ingin belajar membuatnya sendiri namun masih banyak hal yang membingungkan kami.
ANSWER:
1. Jika banten caru eka-sata, tidak perlu memakai suci, cukup dengan pejati (tegteg – daksina – peras – ajuman). Kalau carunya panca sata, barulah memakai suci madya/ agung.
Banten di palinggih sudah cukup seperti itu, tidak perlu ditambah tumpeng 7/11, tetapi kalau ditambah dengan pasipatan 1 buah untuk di Padmasana (daksina gede dengan 4 butir kelapa) bagus juga. Yang dimaksud dengan banten tumpeng 7/11 adalah banyaknya dulang sesayut. Jika tumpeng 7 maka sesayutnya adalah 7 dulang/ jenis, jika tumpeng 11 sesayutnya 11 dulang/ jenis (lihat daftar sesayut, dan pilih yang berkaitan dengan yadnya termaksud.
Tumpeng 7/11 hanya digunakan bila ngturang piodalan agung atau karya mamungkah atau mapedudusan madya. Kalau ngaturang tumpeng 7/11 maka hulu banten harus catur rebah untuk tumpeng 7 dan catur niri untuk tumpeng 11. Pecaruannya juga sedikitnya Rsi Gana dengan dasar manca sanak.
2. Sudah dijawab di atas.
Contoh banten tumpeng 11:
  • sesayut sida lungguh
  • sesayut tirta amerta sari
  • sesayut candi kusuma
  • sesayut ratu agung
  • sesayut tilik jati
  • sesayut dharma wiku
  • sesayut ider bhuwana
  • sesayut prayascita kawi
  • sesayut munggah tapa
  • sesayut giri kencana muka
  • sesayut panca lingga
Contoh banten tumpeng pitu:
  • mulai dari sesayut tilik jati sampai ke bawah: sesayut panca lingga.
3. Bila carunya hanya eka sata, tidak perlu memakai gelar sanga. Jika pecaruannya panca sata, barulah menggunakan gelar sanga.
4. Bila hanya untuk Bale Gong (bukan pelinggih Ida Bhatara), boleh menggunakan segehan agung saja.
Tidak perlu berkecil hati. Saya bahkan memuji semangat Ibu untuk tetap mempertahankan tradisi beragama Hindu seperti itu. Dan untuk melaksanakan upacara, upakara-nya tidak perlu terlalu besar atau terlalu dipaksakan. Yang penting ada keseimbangan hulu – teben, dan hati yang tulus untuk melakukan. Itulah yang dinamakan satwika Yadnya.

1 komentar: