Jumat, 10 Februari 2012

Mantra

Mantra
Mantra adalah bunyi, suku kata, kata, atau sekumpulan kata-kata yang dianggap mampu “menciptakan perubahan” (mis. perubahan spiritual).[1] Jenis dan kegunaan mantra berbeda-beda tergantung mahzab dan filsafat yang terkait dengan mantra tersebut.
Mantra (Dewanagari: मन्त्र; IAST: mantra) berasal dari tradisi Weda di India, kemudian menjadi bagian penting dalam tradisi Hindu dan praktik sehari-hari dalam agama Buddha, Sikhisme, dan Jainisme. Penggunaan mantra sekarang tersebar melalui berbagai gerakan spiritual yang berdasarkan (atau cabang dari) berbagai praktik dalam tradisi dan agama ketimuran.
Khanna (2003: hal. 21) menyatakan hubungan mantra dan yantra dengan manifestasi mental energi sebagai berikut:
Mantra-mantra, suku kata Sanskerta yang tertulis pada yantra, sejatinya merupakan ‘perwujudan pikiran’ yang merepresentasikan keilahian atau kekuatan kosmik, yang menggunakan pengaruh mereka dengan getaran suara
Segala sesuatu yang terdapat di alam ini memiliki roh. Baik itu manusia, hewan, tumbuhan, matahari, bulan, planet bahkan alam semesta ini. Masing-masing roh tersebut memiliki ciri kekuatan tersendiri dan saling mempengaruhi satu sama lain sehingga tercipta satu harmonisasi yang luar biasa.
Hanya ada satu jenis roh di alam semesta ini yang kita kenal, karena itu seringkali kita dengar atau baca cerita mengenai seorang Jagoan atau Pendekar yang menggunakan kekuatan salah satu binatang, matahari, bumi atau apapun. Dan memang itu bisa terjadi apabila seseorang bisa menggali dan mempelajarinya.
Aji Mantra – Mantera
Ajian atau mantera bekerja dalam dimensi roh, sebagaimana telah diketahui bahwa roh berpengaruh sangat besar atas tubuh dan jiwa (baca: ”Tubuh, Jiwa dan Roh”) Untuk menggunakan Ajian atau mantera pastikan hal ini: Mengucap pasti dengan sepenuh hati Konsentrasi, Fokus dan tertuju pada apa yang kita inginkan Percaya hal itu pasti terjadi, karena kita sudah lebih memperkuat rohani kita dengan syarat dan ritual yang telah dilakukan.Karena itu kami sangat menyarankan agar dalam menggunakan ajian mantera ini hendaknya dilakukan dengan penuh hormat dan mengikuti ritual yang disyaratkan. Satu lagi hal yang penting, kami tidak bertanggung jawab atas efek atau akibat yang mungkin timbul akibat penggunaan mantera ini terhadap orang lain atau diri anda sendiri.
Tubuh, Jiwa dan Roh Manusia yang lahir dan hidup di dunia ini membawa tiga hal penting dalam dirinya yaitu Tubuh, Jiwa dan Roh. Tubuh atau badan kita ini sebenarnya hanyalah tulang dan daging yang bergabung lantas dibungkus dengan kulit. Ketika Roh dihembuskan kedalamnya maka tubuh atau badan tadi menjadi hidup. Setiap Roh bergerak dinamis dan saling mempengaruhi dalam dimensinya, kemudian menciptakan satu Jiwa yang kemudian membentuk pribadi, karakter dan sifat-sifat tiap orang jadi berbeda satu sama lain. Petunjuk berikut akan lebih mempermudah pemahaman kita akan hal ini. Apabila kita analogikan Tubuh, Jiwa dan Roh sebagai Computer sistem, maka :
Tubuh = Hardware
Jiwa = Software
Roh = Energi Listrik
Nah… sekarang sudah jelas mengenai perbedaan dan fungsi dari ketiga hal dasar tersebut. Dengan memahami hal ini maka anda telah melangkah lebih kedalam apa yang disebut Ilmu Spiritual. Sebab inilah konsep dan prinsip dasar aktivitas dunia roh dan spiritual
a. Mantra Pembuka Cerita
Robbiy isrohliy sodhriy
wa yassirliy “amriy
wa hlul”uqdatan min lisaniy
yafqohu qawliy
b. Definisi Mantra
Mantra berasal dari bahasa Sanskerta yaitu MAN yang berarti PIKIRAN dan TRA yang berarti PEMBEBASAN. Secara harfiah Mantra berarti kegiatan membebaskan pikiran. Mantra dari sisi istilah berarti bunyi, kata, frasa atau kalimat yang digumamkan, dibisikkan, diucapkan, dinyanyikan dengan cara diulang-ulang, diyakini mempunyai kekuatan, sebagai sarana komunikasi dengan sang Maha, dan bermanfaat untuk beragam tujuan perapalnya.
Mantra galib dalam Tradisi Hindu dan Budha. Kata Du”a (Arab) atau DONGA menurut pelafalan Jawa adalah mempunyai kesamaan makna dengan Mantra. Nusantara adalah persinggahan manusia dari beragam budaya. Percampuran budaya sangat wajar terjadi. Pemilihan hal-hal yang baik dari satu tradisi dan mencampurkannya dengan hal yang baik dari tradisi lain mudah kita jumpai di Nusantara ini. Sinkretisme menjadi hal yang kita lihat dalam keseharian.
Penelitian terhadap pengamal Mantra yang bukan menganut Hindu dan Budha menampilkan hasil yang menarik. Mereka memanfaatkan Mantra secara khusus. Mantra tidak dipandang sama dengan du’a . Mantra dipandang memiliki kekuatan tersendiri.
c. Ragam Mantra
Mantra bermacam bentuknya. Ada mantra suara, ada mantra gambar, ada mantra yang ditanamkan dalam benda, ada mantra dalam bentuk gerak dan ada pula mantra dalam rupa upacara.
d. Asal-Sumber-penyebaran Mantra
Mantra suara, awalnya bersumber dari kitab suci, diturunkan oleh resi dan pandita yang biasa bergelut dengan kebersihan hati. Para Resi ini adalah Master peramu mantra. Ia sangat paham pengaruh kata terhadap jiwa. Ia kenali betul guna rima puisi untuk menembus hati. Karena ia mampu mengenal kliennya , maka mudah baginya untuk menyiapkan resep mantra yang mujarab bagi kliennya. Sang klien yang merasakan kekuatan mantra, biasanya menurunkan secara lisan mantra yang dipelajarinya kepada orang-orang yang mempunyai kebutuhan sama sepertinya. Sedemikian turun temurunnya, akhirnya tak dapat dilacak siapa sumber awal sang peramu mantra.
e. Mantra dan Prasyaratnya
Umumnya mantra mempunyai pra syarat. Lazimnya mantra memiliki pra kondisi. Syarat atau kondisi yang harus dipenuhi dalam merapal mantra disebut Sesirih (Jawa) atau Pameuli (Sunda). Sesirih atau pameuli ini umumnya berupa puasa yang cara-cara puasanya mempunyai auran tertentu. Jadi urutannya adalah, lakukan pra kondisi dan barulah rapalkan mantra.
f. Proses psikologis yang terjadi pada perapal Mantra
Mengapa Mantra efektif bagi pengamalnya ? Bagaimana proses psikologis yang terjadi? Prakondisi berupa puasa menyebabkan seseorang mudah rileks, masuk ke keadaan alpha, dan trance. Mantra dengan kata yang ber rima memungkinkan orang semakin mudah rileks dan masuk ke keadaan trance dalam.
Kalimat-kalimat mantra yang kaya akan metafora bahkan dengan gaya bahasa yang hiperbola membantu perapal mantra melakukan visualisasi akan keadaan yang diinginkannya sebagai tujuan mantra. Kalimat mantra yang diulang-ulang menjadi Afirmasi, Sugesti dan Pembelajaran di level unconscious. Pengulangan kalimat mantra dalam kondisi rileks, trance akan menghasilkan pemrogaman diri yang efektif .
g. Apresiasi atas Pelet/Mantra Pengasihan dan Mantra Prabawa
Mari kita Apresiasi sebuah Pelet yang diperoleh Chye Retty Isnendes (1998:144) dari seorang Laki-laki yang berhasil memperistri gadis idamannya yang merupakan rebutan para pemuda dan hingga kini hidup tentram bahagia .
Dedeg ku Nabi Adam kaula, rupa ku Nabi Yusuf kaula, sora ku Nabi Daud kaula,
ya isun hu Ya Latif Ya Latif, ya isun hu Ya Latif Ya Latif, ya isun hu Ya Latif Ya Latif,
maung wuyung datang nguyung, oray kisi datang numpi, pangnepikeun angin peuting,
ka ngaran ……………, sina ngahurun balung, sina ngahuleng jentul,
ulah lelet ka diri batur, iwal ka diri aing, rep sidep, rep sidep, rep sidep ka diri awaking
Terjemahan harfiah kira-kira sbb:
Perawakan oleh Nabi Adam Aku, rupa oleh Nabi Yusuf Aku, Suara oleh Nabi Daud Aku, Ya Aku Dia Ya Tuhan Maha Lembut Ya Tuhan Maa Lembut, Ya Aku Dia Ya Tuhan Maha Lembut Ya Tuhan Maha Lembut, Ya Aku Dia Ya Tuhan Maha Lembut Ya Tuhan Maha Lembut, Harimau birahi datang melamun, Ular berbisa datang menyimak, Angin malam sampaikan, ke yang bernama …………….., supaya bertekuk lutut, supaya merenung melamun, Tiada hirau kepada yang lain, kecuali pada diri ku, Diam Menghadap, Diam menghadap, Diam menghadap kepada diri pribadiku.
Aji Mantra Pengasihan Agung
“Ingsun matek aji pengasihan,
cahyaning surya, candra lan kartika,
nyawiji marang ingsun,
sarining kembang setaman,
nyawiji marang ingsun,
wong sabuwono podho welas asih marangingsun”
“Aku sengaja memasang ‘aji’ pengasihan, cahaya matahari, bulan dan bintang menyatu dengan diriku, sari keindahan bunga setaman masuk dalam diriku, segala manusia sedunia berbelas kasihanlah kepadaku”
Aji atau mantra tersebut diatas disertai dengan mandi bunga setaman atu tujuh rupa.Kemudian melakukan meditasi dengan cara memandang sekuntum bunga yang indah dan mengolah pernafasan. Hirup udara pelan-pelan melalui hidung, niatkan dan bayangkan bahwa yang Anda hirup adalah keindahan bunga untuk berpindah ke dalam diri Anda.
Tahan nafas dalam perut, bayangkan bahwa keindahan itu menyebar kedalam seluruh diri Anda baik jasmani maupun rohani (hati) Anda.
Kemudian lepaskan udara melalui mulut. Pelan-pelan juga. Bayangkan yang Anda buang adalah kesialan, kejelekan dan energi negatif dalam diri Anda.
Berikut mantra pengasihan dari Tanah Borneo
Bismillahir Rahmani rRahim. Hei malaikat empat puluh empat,
aku suruh engkau-aku pinjam engkau,
Kuseru engkau pergi ambil hati (si ……. sebut nama yg dituju),
bawa hantar kasih sayang pada aku, siang dan malam – tidak lupa akan aku,
lupa makan nasi – tiada lupa akan aku, lupa air minum – tiada lupa akan aku,
lupa pakai kain – tiada lupa akan aku, lupa sanggul rambut – tiada lupa akan aku,
lupa engkau menyusu susu ibumu – tiada lupa akan aku,
dengan berkat doa, La ilaaha illaAllah, Muhammadar Rasuulullaah
Rasakan pula Mantra pengasihan dari Bugis/Makassar (T. Sianipar dalam Pelly, Usman : 1992 h.76)
Tubuna i-anu tellengngi ritubuku, atinna i-anu tellengngi riatikku, nyawana i-anu tellengngi rinyawaku, rahasiana i-anu tellengngi rirahasiyana watakkaleku, ppujiyangnga i-anu rialeku , mappada pappujinna nyawae ritubue, barakka kunfayakun.
Artinya
Tubuhnya si anu tenggelam dalam tubuhku, hatinya si anu tenggelam dalam hatiku, jiwanya si anu tenggelan dalam jiwaku, rahasianya si anu tenggelam dalam rahasia pribadiku, agar si anu mencintai diriku, seperti kecintaan roh pada tubuh, berkah kun fayakun.
Apa yang Anda dapat Amati dari Mantra di atas ?
Puitisnya bunyi, Indahnya rima, kayanya metafora, dan kata-kata yang mendorong imaginasi.
Nah mari kita rasakan pula mantra prabawa dari himpunan Raden Ngabehi Kartohasmoro (1990;21) :
Ingsun muja pupujaningsun, sarining bumi, sarining banyu, sarining angin, ingsun racut dadi salira tunggal, amora kumandhang suwaraningsun, manjinga cahyaningsun, dadiya paningalingsun, daya pangrunguningsun, lepas panggandaningsun, rame wicaraningsun, ya ingsun manungsa sajati, gustine manunsa kabeh, rep sirep tan ana wani maringsun.
Terjemah harfiah kira-kira sbb:
Aku puja pujaanku, sari pati tanah, sari pati air, sari pati angin, Kupadu jadikan satu, menjadi berkumandang suaraku, menjadi sinarcahyaku, menjadi penglihatanku, menjadi pendengaranku, ramai membicarakanku, ya akulah sejati manusia, rajanya semua manusia, rep sirep, tiada yang berani padaku.
h. Cara meramu Mantra untuk pemberdayaan diri .
Sampai saat ini Anda telah tahu apa itu mantra. Anda telah mengenal asal, sumber, cara beredarnya mantra. Anda paham struktur sebuah mantra. Anda sudah kenal proses psikologis mantra. Anda apresiasi empat mantra . Saatnya Anda menjadi peramu mantra untuk diri anda sendiri.
Langkah-langkah meramu mantra untuk pemberdayaan diri.
1. Kenali cara-cara alamiah Anda mudah masuk ke keadaan rileks, santai, tenang, dan trance.
2. Pilihlah cara-cara yang paling nyaman dan paling cepat
3. Tuliskan outcome Anda dalam bentuk yang dapat diuji oleh panca indra
4. Susun ulang outcome tersebut dalam bentuk kalimat yang berirama, puitik, metafora bahkan hiperbola
5. Edit dan pilih kata atau kalimat yang menggerakkan diri Anda
6. Cobalah suarakan kalimat mantra Anda (bergumam, suara lirih, suara keras. nyanyi)
7. Bila langsung membantu memudahkan visualisasi, memperkuat keyakinan dan menggerakkan diri Anda mencapai yang dituju berarti mantra tersebut sudah jadi.
Selamat membuat Mantra untuk Membentuk dan Mengembangkan diri Anda.
i. Mantra Penutup
Pun Sapun, Ampun Paralun Pakena Gawe Rahayu,
Sangkan Nanjung di Juritan, Nanjeur di Buana **
Salam hangat dari Ciwandan Cilegon Asep Haerul Gani CATATAN :
* Pembaca portal akan mendapatkan kiriman naskah lengkap hasil penelitian indigenous psychology “Tapa&Mantra: Teknologi Penciptaan dan Pengembangan Pribadi ala Jawa” dalam bentuk pdf dengan memberi komentar dan mencantumkan e-mail address.
** Ini pun adalah Mantra, dikutip dari Prasasti di Panjalu Ciamis, artinya “Orang yang bekerja profesional, ia akan unggul di setiap peperangan dan akan digjaya di alam raya”.

3 komentar: