Kamis, 26 Januari 2012

banten pasupati dan mantra pasupati


pasupati, apakah itu..?

Pasupati (Pāśupatāstra) dalam kisah Mahabharata adalah panah sakti yang oleh Batara Guru dianugerahkan kepada Arjuna setelah berhasil dalam laku tapanya di Indrakila yang terjadi saat Pandawa menjalani hukuman buang selama dua belas tahun dalam hutan. Panah yang berujung bulan sabit ini pernah digunakan oleh Batara Guru saat menghancurkan Tripura, tiga kota kaum Asura yang selalu mengancam para dewa. Dengan panah ini pula Arjuna membinasakan Prabu Niwatakawaca. Dalam perang Bharatayuddha, Arjuna menggunakan panah ini untuk mengalahkan musuh-musuhnya, antara lain Jayadrata dan Karna yang dipenggal nya dengan panah ini.
Upacara Pasupati bermakna pemujaan memohon berkah kepada Hyang Widhi (Sang Hyang Pasupati) untuk dapat menghidupkan dan memberikan kekuatan magis terhadap benda-benda tertentu yang akan dikeramatkan. Dalam kepercayaan umat Hindu (ajaran Sanātana Dharma) di Bali, upacara Pasupati merupakan bagian dan upacara Dewa Yadnya.
Proses pasupati bisa dengan hanya mengisi energi atau kekuatan tuhan atau menstanakan sumber kekuatan tertentu di dalam benda tersebut. Tergantung kemampuan orang yang melakukan upacara pasupati tersebut.

Sarana Upacara

Dalam setiap upacara; maka keberadaan upakara tentu tidak dapat dikesampingkan. Adapun sarana/upakara yang dibutuhkan dalam pemasupati yang paling sederhana adalah canang sari, dupa, dan tirtha pasupati. Yang lebih besar dapat menggunakan upakara Peras, Daksina atau Pejati. Dan yang lebih besar biasanya dapat dilengkapi dengan jenis upakara yang tergolong sesayut, yaitu Sesayut Pasupati atau sering juga disebut dengan “Tebasan Pasupati” yang isinya antara lain: tumpeng merah, ayan merah (biying) dipanggang, daksina, dupa 9 batang (usahakan dupa pasupati) , dan jangan lupa diisi sampian nagasari, penyeneng dan lis (buu) yang ketiga bahan tersebut terbuat dari daun andong merah.
Dari berbagai jenis upakara tersebut yang terpenting barangkali adalah Tirtha Pasupati; karena umat Hindu masih meyakini betapa pentingnya keberadaan tirtha ini. Tirtha Pasupati biasanya didapat melalui Pandita atau Pinandita melalui tatacara pemujaan tertentu. Tapi bagaimana halnya dengan individu-individu mat Hindu, apa yang mesti dilakukan jika ingin mendapatkan Tirtha Pasupati? Bisakah memohonnya seorang diri tanpa perantara Pinandita dan atau Pandita? Jawabannya tentu saja boleh…!
Cukup menyiapkan sarana seperti di atas (sesuaikan dengan desa-kala-patra).
Misalnya dengan sarana canang sari, dupa dan air (air suci), setelah melakukan pembersihan badan (mandi dsb). Letakkan sarana/ upakara tersebut di pelinggih/ altar/ pelangkiran. Kemudian melaksanakan asuci laksana (asana, pranayama, karasudhana) dan matur piuning (permakluman) sedapatnya baik kepada leluhur, para dewa dan Hyang Widhi, ucapkan mantra berikut ini dengan sikap Deva Pratista atau Amusti Karana sambil memegang dupa dan bunga.
Sebenarnya siapapun dapat “menghidupkan / me-pasupati” Rerajahan / barang setelah melalui beberapa ritual tertentu, seperti membacakan “mantra pangurip”. Namun hendaknya sebelum mantra ini diucapkan sebaiknya pahami benar maksud gambar Rerajahan yang akan di “pasupati” agar tidak menjadi bumerang dikemudian hari.
Pedanda (karena Brahmana adalah sebutan untuk klan/keluarga pendeta Hindu, namun tidak selalu menjadi atau memiliki kemampuan menjadi pedanda) dan Pemangku juga Balian (paranormal) adalah praktisi-praktisi yang mendalami pembuatan Rerajahan, tentu saja mereka mampu menginisiasi rerajahan.

Mantra Pasupati

Om Sanghyang Pasupati Ang-Ung Mang ya namah svaha
Om Brahma astra pasupati, Visnu astra pasupati, Siva astra pasupati,
Om ya namah svaha
Om Sanghyang Surya Chandra
tumurun maring Sanghyang Aji Sarasvati
tumurun maring Sanghyang Gana,
angawe pasupati maha sakti,
angawe pasupati maha siddhi,
angawe pasupati maha suci,
angawe pangurip maha sakti,
angawe pangurip maha siddhi,
angawe pangurip maha suci,
angurip sahananing raja karya teka urip (3x)
Om Sanghyang Akasa Pertivi pasupati, angurip “…………………………..”
Om eka vastu avighnam svaha
Om Sang-Bang-Tang-Ang-Ing-Nang-Mang-Sing-Wang-Yang-Ang-Ung-Mang
Om Brahma pasupati
Om Visnu Pasupati
Om Siva sampurna ya namah svaha
Kemudian masukkan bunga ke dalam air yang telah disiapkan
Dengan demikian maka air tadi sudah menjadi Tirtha Pasupati, dan siap digunakan untuk mempasupati diri sendiri dan benda-benda lainnya.
Catatan:
Titik-titik pada mantra di atas adalah sesuatu yang mau dipasupati)-dalam hal ini adalah air untuk tirtha pasupati. Dalam hal tertentu dapat dipakai mempasupati yang lainnya..tergantung kebutuhan (tapi tetap saya sarankan hanya untuk Dharma, karena jika akan dipakai untuk hal-hal negatif maka mantra tersebut tidak akan berguna bahkan akan mencederai yang mengucapkannya)!!
Mantra di atas bersumber dari lontar Sulayang Gni Pura Luhur Lempuyang, koleksi pribadi.
Mantra berikut juga bias digunakan, yang di Kontribusi dari Jro Mangku Wayan Natia, Pinandita Loka Palaya Seraya di Kecamatan Banjit, Way Kanan-Lampung.
Om ang ung pasupati badjra yuda agni raksa rupaya purwa muka desa tanaya pasupatnya ong pat
Om ang ung pasupati pasa yuda agni raksa rupaya pascine muka desa tanaya pasupatnya ong pat
Om ang ung pasupati cakra yuda agni raksa rupaya utara muka desa tanaya pasupatnya ong pat
Om ang ung pasupati padma yuda agni raksa rupaya madya muka desa tanaya pasupatnya ong pat
Om ang ung pasupati para mantra pasupatnya ong pat
Om ang brahma urip
Om ung wisnu urip
Om mang iswara urip
Urip (3x) Tang rerajahan
Om dewa urip, manusia urip, sing teka pada urip
Om kedep sidhi mandi mantra sakti
Atau dapat juga menggunakan mantra berikut, yang dikontribusikan oleh jro manggih, salah satu orang yang disegani di daerah sebatu, gianyar..
Ong ang ung,
teka ater (3x)
ang ah, teka mandi (3x) ang.
(jeda sesaat)
Ong betare indra turun saking suargan,
angater puja mantranku,
mantranku sakti,
sing pasanganku teka pangan,
rumasuk ring jadma menusa,
jeneng betara pasupati.
Ong ater pujanku, kedep sidi mandi mantranku, pome.
(jeda sesaat)
Om bayu sabda idep, urip bayu, urip sabda, urip sarana, uriping urip, ya nama swaha.
Om aku sakti, urip hyang tunggal, lamun urip sang hyang tunggal, urip sang hyang wisesa, teka urip 3x
Atau
MENYUCIKAN BAHAN
ong sameton tasira matemahan ongkara
Malecat ring angkasa tumiba ring pertiwi
Matemahan sarwe maletik
Mabayu, masabda, maidep
Bayunta pinake sabdan I ngulun
Pejah kita ring brahma
Urip kita ring wisnu
Begawan ciwakrama mengawas-ngawasi sarwa waletik
MANTRA NGERAJAH
ong saraswati sudha sudha ya namah swaha
PENGURIP RERAJAHAN
ong ang ung mang
Ang betara brahma pangurip bayu
Ung betara wisnu pangurip sabda
Mang betara iswara pangurip idep
Ong sanghyang wisesa pengurip saluiring rerajahan
Teke urip (3x) ang ung mang ong
PENGURIP SERANA
ong urip bayu sabda idep
Bayu teke bayu urip
Sabda teke sabda urip
Idep teke idep urip
Uriping urip teke urip (3x)
Hasilnya dari proses pasupati tidak akan sama antara orang yang 1 (satu) dengan yang lainnya tergantung tingkat kesucian masing – masing orang, memang semua orang bisa melakukan pasupati, asal tahu tatacara dan langkah – langkahnya. istilah balinya “eed upacara” tapi tetap hasilnya tidak akan sama kekuatan yang terpancarkan, bahkan bias – bisa kekuatan tersebut bahkan akan berefek buruk pada yang menggunakan barang – barang hasil pasupati jika salah dalam melakukan upacara tersebut.
Kewaskitaan sangat diperlukan karena proses tersebut mesti disaksikan sendiri apakah sdh benar atau hanya pikiran semata.
Pada proses pasupati orang yang melakukan upacara tersebut mesti bisa berbadan dewa atau menyatu atau sama kedudukan yang menyembah dengan yang disembah pada saat itu sehingga proses penghadiran dewa yang dikehendaki kekuatan nya benar- benar hadir dan mengisi benda yang akan dipasupati atau manifestasi Tuhan tersebut berstana atau berdiam diri langsung di benda yang diupacarai.
Kalau hanya berbekal keyakinan saya bs melakukan hal tersebut tanpa diimbangi dengan uraian diatas sama saja kita tidak tahu dengan apa yang kita lakukan dan apa yang sedang terjadi dan apa yang akan terjadi selama dan sesudah proses pasupati terjadi.
Jadi kesimpulannya semua bisa melakukan hal upacara pasupati tersebut tapi tetap akan diberikan ijin oleh Tuhan apa tidak itu tergantung dari manusia yang melakukan upacara tersebut.
Proses pasupati tidak sesimpel yang dipikirkan dengan hanya memegang benda yang akan dipasupati dan meniatkan benda itu berubah jd apa yang dikehendaki itu justru akan menjadi bumerang bagi yang mempasupati benda tersebut, karena dengan kesaktian penciptanya, justru kekuatan yang ada di benda tersebut akan menekan yang memakai benda tersebut sehingga berefek sangat buruk pada yang memakainya, akibatnya lama kelamaan aura kesaktian penciptanya ini akan menggencet jiwa pemakainya yang bisa mengakibatkan ketidakharmonisan didalam rumahtangga, misalnya : rasa takut, merinding, gelisah, rasa marah yang tidak terkontrol, dll
Kalau di ghanta yoga semua itu tidak terlepas dari energi ghanta dalam mempasupati sebuah benda, dengan kekuatan kesucian yang dimiliki pembina setiap benda yang dipegang saja sudah bercahaya apalagi beliau melakukan proses pasupati pastinya akan jauh lebih dasyat energi yang terpancar untuk keharmonisan alam sekitarnya dari benda yang sudah dipasupati beliau.
Permohonan kepada sang hyang pasupati dan diberikannya restu melalui kekuatan ghanta pada jaman sekarang ini akan membuat setiap benda menjadi berfungsi sangat sempurna sesuai dengan dasar benda tersebut dan program yang dimasukkan ke benda tersebut akan berjalan lebih berguna bagi yang menggunakannya.
Etikanya memang memohonkan pada sang hyang pasupati tp kekuatan yang berstana di benda yang dipasupati adalah kekuatan energi ghanta yang sudah difungsikan sesuai utk memfungsikan benda yang dipasupati karena kekuatan yang relevan pada jaman ini adalah energi ghanta, semua benda yang dipasupati akan menjadi metaksu dengan berdiamnya sumber energi pd benda tersebut yaitu adhitaksu.
Silahkan dibandingkan benda-benda yang sudah dipasupati apapun itu dengan benda-benda yang dipasupati dengan energi ghanta pasti akan jauh dari yang diharapkan fungsinya
Atau silahkan pasupati sendiri benda-benda yang anda punyai (jika anda sudah merasa mampu) dan bandingkan dengan hasil pasupati dari ida nabe, apakah akan sama hasilnya???? Silahkan dinilai sendiri……..
Mengenai pemakaian produk seperti kalung ghanta atau dupa gandasidhi atau minyak dan lainnya yang diproduksi melalui proses pasupatian itu memang sasarannya ke orang diluar anggota ghanta, tapi jika ada sisya (murid) yang mau membelinya alangkah dihargai hal tersebut disamping utk menambah keyakinan, hal itu juga bisa membantu secara finansial yayasan serta juga menunjukkan kebanggaan sisya dengan ghantayoga.
Sisya yang selalu membicarakan mengenai ghantayoga menunjukkan keyakinananya dan kebanggaannya akan ajaran yang dipelajari serta pengetahuannya sdh meningkat akan ajaran ghantayoga dan mau membagikan vibrasi energi ghanta ke orang lain daripada membicarakan keilmuan lain diluar yang telah diajarkan dari ghanta, menunjukkan sisya tersebut jarang bahkan tidak pernah melatih ajaran ghantayoga dalam kesehariannya dan semakin tidak mengerti akan ajaran ghanta yoga dan karena hanya ingin menunjukkan pengetahuannya sehingga yang dibicarakan selalu hal-hal yang di luar ghanta yoga utk menutupi ketidak mengerti nya terhadap ajaran ghanta yang notebene tidak pernah dilatih dan dikonsultasikan ke pembina, itu menunjukkan sisya tersebut sudah menurun keyakinannya terhadap ghanta yoga dan diharapkan sisya tersebut segera berkonsultasi sesering mungkin dengan pembina dan jika hal tersebut tidak bisa menambahkan keyakinan terhadap ajaran ghanta yoga sebaiknya sisya tersebut segera mungkin mengundurkan diri dari yayasan daripada meng-kotaminasi sisya yang lainya dan menimbulkan keraguan bagi sisya yang mudah goyah keyakinannya atau yang baru setengah-setengah keyakinannya terhadap ajaran ghanta yoga.
Ajaran ghanta yoga keluarnya dari guru ghanta yoga itu sendiri, jadi apapun yang dikatakan guru ghanta yoga itulah yang mesti dijalankan karena itu merupakan kebenaran yang mesti diikuti, semua itu merupakan tanggung jawab beliau dengan berani memberikan saran terhadap sisyanya otomatis hal itu akan ditanggung sendiri oleh sang guru sampai hal yang disarankan tersebut menjadi kenyataan dalam kehidupan sisyanya, jadi jika semua saran dr guru diragukan bahkan tidak dijalankan itu menunjukkan sisya sdh tidak ada respect terhadap gurunya dan itu menunjukkan pula ketidak bergunanya seseorang belajar di ghanta yoga dan saran yang terbaik bagi sisya tersebut adalah agar sisya tersebut segera pula mengundurkan diri dari ajaran ghanta yoga.

2 komentar:

  1. kalo matra untuk menghormati para dewa ada gak

    BalasHapus
  2. ucapkan gayatri mantram 108 X menggunakan genitri/tasbih

    BalasHapus