Kamis, 19 Januari 2012

Catur Marga Yoga – Jalan Karma Yoga

Om Swastyastu,
Setelah kita membahas jalan Bhakti yang menggunakan sarana RASA untuk menuju Hyang Widdhi Wasa, mari kita melangkah ke jalan yang ke-dua yaitu Jalan Karma Yoga.
Secara alamiah tidak seorangpun di dunia ini yang mampu menghidar dari aktivitas kerja, karena kerja/actian adalah salah satu ciri mahluk hidup, manusia merupakan salah satu mahluk hidup. Dia hidup karena dia bergerak, jantungnya berdetak, darahnya mengalir, pencernaannya beraktivitas normal, semua organ tubuh bergetar normal.
Karma berarti kerja. Jalan Karma artinya adalah Jalan menuju Hyang Widdhi Wasa dengan menggunakan sarana Kerja (Action) yang tulus ikhlas tanpa pamrih. Menurut kitab suci Bhagavad Gita kerja adalah SUATU KWAJIBAN.
  • Bhagawadgita III.5 :
“Nahi kascity ksanam api jatu tisthaty akarmakrit, karyate hy awasah karma sarwah prakritijair gunaih. “
Artinya : Walau sesaat jua tidak seorangpun untuk tidak berbuat karena manusia dibuat tidak berdaya oleh hukum alam yang memaksanya bertindak.
  • Bhagawadgita III.8:
“Niyatam kuru karma twam karma jyayo hy akarmanah, sarirayatra pi ca te na prasidhyed akarmanah.”
Artinya : Bekerjalah seperti apa yang telah ditentukan, sebab berbuat lebih baik dari pada tidak berbuat, dan bahkan tubuhpun tidak akan berhasil dipelihara tanpa bekerja.
Tidak ada manusia yang bisa menghindar dari hukum kerja itu bahkan ketika tidurpun tanpa disadari jantung tetap berdetak, darah tetap mengalir, dan nafas terus berhembus. Hyang Widhi -pun setiap detik bekerja tiada henti seperti menggerakkan benda-benda angkasa, menumbuhkan-memelihara-memusnahkan kehidupan mahluk-mahluk, menghembuskan angin, meriakkan gelombang laut dll.
  • Bhagawadgita III.223.24 :
“Yadi hy aham na warteyam, jatu karmany atandritah, mama wartna nuwartante, mansyah partha sawarsah. Utsideyur ime loka, na kuryam karma ced aham, samskarasya ce karta syam upahanyam imah prajah.”
Artinya : Sebab kalau Aku tidak selalu bekerja tanpa henti-henti, manusia tidak akan mengikuti jalan-Ku itu, dalam segala bidang apapun juga. Dunia ini akan hancur bila Aku tidak bekerja; Aku menjadi pencipta kekacauan, memusnahkan semua manusia.
Dengan demikian bila seseorang tidak bekerja dia akan dilindas oleh arus perputaran dunia dan menderita akibatnya. Penderitaan itulah yang menghancurkan hidupnya. Manusia sebagai Bhuwana alit dan Hyang Widhi sebagai Bhuwana agung dapat diumpamakan sebagai setitik air dalam sungai. Titik air itu mengikuti dan menyatu dengan sungai, sehingga manusiapun mengikuti dan menyatu dengan Hyang Widhi, khususnya dalam bekerja. Untuk itu Hyang Widhi menciptakan hukum Karma bagi manusia dan hukum Rta bagi alam semesta.
Contoh hukum Karma: seseorang bekerja sebagai karyawan, maka setiap bulan ia menerima gaji.
Contoh hukum Rta: karena bumi beredar mengelilingi matahari maka terjadilah hari siang dan malam di bumi.
BEKERJA KARENA PIKIRAN.
Pikiran adalah sumber motivasi bekerja, maka ia menentukan hasil suka dan duka dalam karma. Kerja yang dilandasi oleh pikiran mulia akan membuahkan karma yang mulia, sedangkan kerja yang dilandasi pikiran hina akan membuahkan karma yang hina pula. Karma yang mulia menuntun manusia pada kehidupan yang moksartham jagadhita sedangkan karma yang hina membawa manusia ke neraka.
BEKERJA UNTUK KEPENTINGAN MASYARAKAT DAN DIRI SENDIRI.
Pola pikiran manusia dizaman purba mula-mula bekerja untuk kepentingan diri sendiri. Lama kelamaan manusia sadar bahwa ia tidak dapat hidup tanpa bantuan atau jasa manusia lain sehingga mendorongnya bermasyarakat. Kini manusia bekerja untuk masyarakat kemudian dirinya menikmati hasil kerjanya itu berupa karma.
Dalam keseharian kita mengenal perkatan : saya, yang berasal dari perkataan sahaya, artinya “pengabdi”.
Di Bali orang menyebut dirinya “titiang” berasal dari “titah Hyang (Widhi)” artinya perintah Tuhan.
Di Jawa orang menyebut dirinya “Kulo” asal kata “kaula” (pengabdi).
Di Jawa Barat orang menyebut dirinya “abdi” (juga pengabdi).
Pengertian lebih luas adalah pernyataan bahwa saya adalah hamba yang melaksanakan perintah Hyang Widhi untuk mengabdi pada kepentingan Bhuwana Agung termasuk manusia.
MENCINTAI PEKERJAAN.
Manusia yang bekerja disayang Hyang Widhi. Makin rajin dan jujur ia bekerja maka Hyang Widhi semakin kasih sayang kepadanya, sehingga pahala dari karmanyapun berlimpah. Manusia dapat rajin bekerja dan berhasil baik jika ia mencintai pekerjaannya. Mencintai pekerjaan adalah sama dengan mencintai Hyang Widhi. Mereka yang yakin bahwa bekerja baik adalah perintah Hyang Widhi, maka ia akan sedih dan malu bilamana hasil pekerjaannya tidak baik atau bahkan merugikan masyarakat secara langsung atau tidak langsung.
TRIGUNA DALAM BEKERJA.
Triguna: Satwam, Rajas, Tamas
adalah tiga serangkai yang tidak dapat dipisahkan dalam melakukan pekerjaan agar berhasil baik. Pikiran-pikiran satwam adalah pikiran yang sesuai dengan ajaran agama Hindu menjadi dasar utama motivasi bekerja. Kemudian semangat yang tinggi mengerahkan daya pikir dan physik menunaikan pekerjaan sebaik-baiknya disebut sebagaiRajas. Namun demikian manusia membutuhkan istirahat pikiran dan physik misalnya bersantai dan tidur yang disebut TamasPerimbangan antara satwam, rajas, dan tamas hendaknya diatur berdasarkan kebijaksanaan masing-masing orang. Kepandaian mengatur keseimbangan inilah yang menentukan keberhasilan seseorang dalam bekerja. Dengan kata lain Triguna adalah alat untuk mencapai hasil kerja.
KARMA PHALA.
Karma adalah perbuatan dan phala adalah hasil; jadi karma phala artinya hasil dari perbuatan. Ini adalah hukum Hyang Widhi, termasuk dalam Pancasrada dan Trikaya Parisuda. Hukum ini bersifat universal berlaku bagi setiap umat manusia di dunia. Hasil pekerjaan berdampak secara nyata (skala) dan tidak nyata (niskala). Wujud nyata banyak berkaitan dengan keduniawian sedangkan wujud tidak nyata berupa ketentraman bathin. Ditinjau dari waktu saat berbuat dengan waktu menerima hasil perbuatan karma phala dibedakan menjadi tiga yaitu :
1)      Prarabda karma phala, yaitu karma yang dilakukan semasa hidup dan pahalanya diterima pula semasa hidup ini.
2)      Kryamana karma phala, yaitu karma yang dilakukan semasa hidup dan pahalanya diterima di nirwana.
3)      Sancita karma phala, yaitu karma yang dilakukan semasa hidup dan pahalanya diterima pada reinkarnasi berikutnya.
Oleh karena itu bekerjalah sebaik-baiknya agar memperoleh karma phala yang baik. Kehidupan di dunia ini singkat, maka jangan sia-siakan waktu dengan tidak bekerja atau bekerja dengan hasil yang tidak baik.
CATUR PURUSA ARTHA.
Bekerja dengan baik adalah bekerja sesuai dengan norma-norma Agama, Susila dan Hukum. Ketiganya terangkum dalam ajaran Catur Purusa Artha yaitu :
1)      Dharma: bekerja mengutamakan kepentingan masyarakat sesuai dengan ajaran agama.
2)      Artha: pahala dari karma berupa benda-benda keduniawian.
3)      Kama: pemenuhan kebutuhan hidup: sandang, pangan, perumahan dan kebutuhan physik lainnya seperti hiburan yang sehat.
4)      Moksa: kebahagiaan hidup lahir dan bathin yang menjadi tujuan kehidupan utama.
Catur purusa artha ini urut-urutannya tidak boleh ditukar, misalnya lebih dahulu mengejar artha barulah menuju dharma. Bila demikian halnya maka dapat saja manusia bekerja tanpa pedoman moral yang bersumber dari ajaran Agama, hal mana akan menyeret manusia kelembah penderitaan.
Om Santi Santi Santi Om

Tidak ada komentar:

Posting Komentar