Rabu, 28 Desember 2011

Kekuatan Mantra Bagi Penari Sakral

Solo (ANTARA News) - Bermohon kepada Sang Widi, Tuhan Yang Maha Esa,  diharuskan bagi para penari untuk memperoleh "kekuatan", utamanya sebelum naik panggung atau pentas, kata Direktur Agama Hindu Kementerian Agama, Ketut Lancar.

Dengan berdoa dan membaca mantra kepada Sang Widi, ada setangkup harapan untuk memperoleh kekuatan bagi penari, khususnya ketika membawakan tarian sakral, katanya di Surakarta, Jumat.

Pada Festival Seni Sakral Hindu pertama, 15-17 Juni 2010, di Surakarta, aroma dupa dan hio sangat menyengat hidung. Tatkala para penari hendak mentas, di belakang layar, pemandangan penari berdoa secara khusuk agar diberi kekuatan oleh Tuhan.

Coba ada lihat, setiap penari ketika mentas, mereka punya kekuatan, karena para penari meyakini bahwa Sang Widi, Tuhan Yang Maha Esa akan memberi apa yang dimintanya, ucap Ketut Lancar.

"Dengan cara itu, penari ketika tampil ada "tassunya", berupa kekuatan," ia menjelaskan.

Bisa dibedakan tampilan seorang penari yang tak melakukan ritual, membaca mantra dengan tampil seadanya.

"Penari berdoa sebelum mentas, akan terlihat punya "power", daya pikat," ia menambahkan.

Festival seni sakral Hindu dimeriahkan oleh 10 kontingen. Tiap kontingen beranggotakan 50 orang, meliputi warga dan seniman Hindu. Mereka berasal dari Bali, Jakarta, Makassar, Palembang , Lombok, dan daerah lain.

Seni sakral merupakan sebuah kesenian yang dipersembahkan kepada Tuhan. 
"Ada beberapa seni sakral yang dilombakan," kata salah seorang panitia, I Nyoman Sukerna.

Jenis kesenian yang dilombakan meliputi tabuh atau gamelan, gegitaan atau tembang, Tari Rejang serta Tari Sidakarya. Kegiatan tersebut berlangsung sejak 15 Juni hingga 17 Juni 2010.

Esensi dari kegiatan ini merupakan ajang mencari jatidiri bangsa yang belakangan ini makin ditinggalkan generasi mendatang, kata Ketut Lancar.

Ketut Lancar menambahkan, setiap penari punya mantra dan doa masing-masing. Esensinya tetap sama, memohon kepada Tuhan agar diberi kekuatan.

"Hal inilah yang membedakan tarian sakral dengan tarian yang biasa untuk pementasan umum," katanya.

Tarian Sakral, kata Ketut Lancar, punya daya pikat yang kuat dan tak mustahil ketika penari tampil membuat para penonton takjub.

Umumnya peralatan musik yang digunakan untuk tarian sakral, hampir sama dengan tarian biasa, meliputi: gong, kendang, cengceng, suling, ubal dengan pengematnya, terampong, garongan, reong, selunding, kenjur didukung sinden.

Umumnya tarian sakral mengandung media edukasi, ada unsur pendidikan di dalamnya. Lewat media seni inilah, selain hiburan juga ada pesan moral disampaikan, ia mengatakan.

Menurut Ketut Lancar, lewat jenis kesenian inilah pesan kepada insan atau umat disampaikan agar berperilaku yang baik dalam kehidupan berbangsa dan negara.

Tarian sakral yang biasa digunakan untuk upacara keagamaan antara lain meliputi tari rajang Dewa, baris gede, topeng side karye.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar